Artikel-Artikel Pendidikan

TUGAS TELAAH KURIKULUM PEMBELAJARAN FISIKA
  
        Jenis-Jenis Nilai Kejujuran Terbagi Atas 3 Bagian, Yaitu:
1.      Nilai Kejujuran Ilmiah
2.      Nilai Kejujuran Sosial
3.      Nilai Kejujuran Religi (Kepercayaan)

Pembahasan:
Kompetensi Dasar:
Menerapkan Hukum Newton untuk menjelaskan berbagai peristiwa dalam kehidupan sehari-hari.

          Kejujuran ini erat sekali dengan kemuliaan. Orang yang mencari nafkah, baik sebagai buruh, pedagang, pengusaha, pengajar, pegawai, pejabat, petani, peternak, dan lainnya harus menjadikan sikap jujur dan amanah sebagai kaidah utama. Dengan begitu, ia akan menjadi mulia.
          Sikap jujur dan amanah akan meningkatkan rasa saling percaya. Di samping itu, kejujuran kan mengantarkan sikap pelakunya kepada derajat yang tinggi, bahkan sejajar dengan para nabi, para shiddiqin dan syuhada pada hari akhir. Sebaliknya, ketidakjujuran dalam mencari nafkah, misalnya dengan cara-cara menipu, berbohong, selain konsekuensinya berat, hasilnya pun tidak halal dan dicabut barokahnya.
          Kejujuran merupakan kualitas manusiawi melalui mana manusia mengomunikasikan diri dan bertindak secara benar (truthfully). Karena itu, kejujuran sesungguhnya berkaitan erat dengan nilai kebenaran, termasuk di dalamnya kemampuan mendengarkan, sebagaimana kemampuan berbicara, serta setiap perilaku yang bisa muncul dari tindakan manusia. Secara sederhana, kejujuran bisa diartikan sebagai sebuah kemampuan untuk mengekpresikan fakta-fakta dan keyakinan pribadi sebaik mungkin sebagaimana adanya. Sikap ini terwujud dalam perilaku, baik jujur terhadap orang lain maupun terhadap diri sendiri (tidak menipu diri), serta sikap jujur terhadap motivasi pribadi maupun kenyataan batin dalam diri seorang individu.
          Kualitas kejujuran seseorang meliputi seluruh perilakunya, yaitu, perilaku yang termanifestasi keluar, maupun sikap batin yang ada di dalam. Keaslian kepribadian seseorang bisa dilihat dari kualitas kejujurannya.
          Jika dikaitkan dengan KD yaitu Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan  suhu suatu benda  serta  penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.Dimana berdasarkan KD pembelajaran tersbut lebih banyak mencerminkan kejujuran ilmiah, karena KD ini menuntut materi yang lebih mengutamakan pelaksanaan eksperimen untuk mengetahui isi materi-materi tersebut. Sehingga di dalam eksperimen-eksperimen tersebut sangat dituntut adanya kejujuran ilmiah misalnya dalam menyampaikan data dan hasil percobaan walaupun hasilnya tidak sesuai dengan teori.

1.     Nilai Kejujuran Ilmiah
          Sikap menjunjung tinggi kejujuran ilmiah berarti secara sadar memposisikan diri sebagai orang yang memiliki keterbatasan ilmu dan dengan jujur mengungkapkan apa yang tidak (belum) diketahuinya
Tradisi ilmiah ini juga (seharusnya) berlaku bagi kalangan akademisi, baik dari kalangan pendidik maupun peserta didik, termasuk mahasiswa. Tentu saja, tradisi ilmiah ini tidak disempitkan hanya untuk kalangan ulama ataupun akademisi saja, tapi juga berlaku bagi setiap orang yang menyandang atribut sebagai pembelajar. Salah satu bentuk tradisi itu adalah kejujuran ilmiah. Sekian banyak di antara kita yang berbicara tentang segala macam ilmu seolah tidak dikenal lagi spesialisasi. Sekian banyak kita terlibat dalam pembicaraan yang bukan merupakan ranah pengetahuan kita. Sikap semacam inilah yang melahirkan isu dan pemahaman baru yang tidak komprehensif sehingga menimbulkan banyak salah penafsiran. Jika tidak tahu, katakan dengan apa adanya bahwa “saya tidak (belum) tahu” dan jika perlu cari kebenarannya. Namun, jangan pula menyembunyikan pengetahuan yang kita miliki jika memang benar-benar diperlukan. Inilah yang perlu kita tradisikan kembali dalam dunia keilmuan kita. Perkembangan IPTEK jangan membuat kita malu untuk berkata “saya tidak tahu” atau “Allahu’alam”. Namun, jangan pula ketidaktahuan tersebut membuat kita berhenti belajar.

2.    Nilai Kejujuran Sosial
            Karakter seseorang tidak bisa dibentuk secara instan atau sekadar  lewat transfer pengetahuan (knowledge) atau   lewat aturan-aturan formal ansic, tapi harus memberi contoh konkrit para penyuaranya. Seseorang tidak cukup dengan menyuarakan tentang kebaikan, tentang berbuat benar, tapi dirinya juga mesti menunjukkan sikap dan karakter yang baik dan berbuat benar.
            Karenanya, banyaknya upaya membangun karakter baik, akhlak mulia, belum menjamin bisa mengubah karakter itu jika tidak disertai dengan memberikan pendidikan nyata tentang hal itu. Misalnya, saat ini ada program kantin “jujur” di sekolah-sekolah. Mekanismenya, para pengunjung atau pembelanja warung ini diminta untuk melayani diri sendiri (self- service); mengambil sendiri barang yang diinginkan; membayar sendiri harga yang ditentukan, dan mengambil sendiri pengembalian uang apabila pembayarannya berlebih. Harapannya, dari mekanisme itu akan  bisa lahirlah istilah “kejujuran” karena para pembelanja dituntut mengaktualisasi kejujuran diri.
            Bermula dari rumah. Sesungguhnya,  menanamkan karakter dan nilai-nilai kejujuran haruslah berawal dari rumah, Sejauhmana orangtua menerapkan kejujuran pada anak-anak mereka. Dengan kata lain menanamkan sikap  yang jujur harus dimulai dari awal. Menanam  pada keluarga. Sebab sekadar membangun “kantin jujur” di sekolah-sekolah, tidak akan menjamin perilaku jujur itu akan diaktualisasikan jika karakter manusianya tidak dibentuk. Keberadaan kantin jujur yang beroperasi tanpa ada penjaga itu untuk mencerminkan suatu ikhtiar pendidikan kejujuran bagi anak-anak-tidak hanya berkutat dalam tataran pemahaman normatif, tapi dalam bentuk praktik. Hanya saja, apakah sudah memastikan kejujuran itu bisa diaktualisasi?  Sebab, jika  pembelanjanya tidak jujur, dimungkinkan berubah menjadi “koruptor” atau maling dalam waktu sekejap. Tentu di sini, kejujuran siswa  benar-benar diuji.
Contoh lainnya, prilaku menyontek yang merebab dikalangan pelajar mahasiswa adalah salah satu potret masa depan kita dan Negara kita. Mereka terlalu terobsesi dengan nilai yang tinggi dengan segala macam usaha, terlepas usaha tersebut merugikan atau tidak, yang penting nilai tinggi dan lulus cepat. Bagaimana tidak mereka yang dianggap kalangan terpelajar dan intelektual tinggi dan akan menjadi agent of change (agen perubahan) untuk bangsa bisa berbuat seperti itu. Itu adalah sedikit gambaran, bilamana sebenarnya secara tidak sengaja kita telah terdidik untuk melakukan korupsi. Kalau kondisi yang terjadi masih seperti itu, maka mustahil bagi kita untuk memberantas korupsi. Walaupun sekarang ada KPK, kalau mental tidak segera diperbaiki maka akan sulit koupsi akan lenyap dimuka bumi ini Indonesia kita yang tercinta. Memang sering dikorupsi oleh para pelajar saat ini bukan uang, akan tetapi kesemuannya itu tidak terlepas dari sikap kejujuran kita yang menunjukan akhlak kita yang sebenarnya, kegiatan apaun yang kita lakukan dengan tidak sesuai dengan prosedur dan cenderung merugikan, baik diri sendiri dan orang lain maka itu juga tindakan korupsi. Bilamana para pemuda dan pemudi kita, ketika masih dalam tahap belajar saja, kita tidak bisa mengendalikan diri, apalagi kalau kita kita sudah menjadi orang berkuasa nanti
3.     Nilai Kejujuran Religi (Kepercayaan)
          Sikap yang baik dan jujur pada dasarnya telah di contohkan oleh junjungan kita Nabi Muhammad SAW, dan para sahabat-sahabatnya. Bagaimana nabi Muhammad di berikan gelar AL Amin oleh masyarakat pada saat itu, dikarenakan kejujurannya, sehingga setiap perkataan yang keluar dari mulutnya tentunya adalah sebuah kebenaran dan ditambah-tambahi, sehingga orang yang mendengarnya tidak akan khawatir jikalau sedang di bohongi. Sehingga pada masa pemmbangunan ka’bah beliau diberi kepercayaan masyarakat pada saat itu untuk meletakan Hajar Aswad keposisinya. Contoh-contoh lain bisa kita lihat dari pendahulu-pendahulu kita mulai dari Khulafau Rasyidin, sahabat, tabi’, tabi’-tabi’in. Permasalahannya sekarang adalah jarang sekali para kaum muda islam sekarang yang mau dan tertarik untuk mempelajarinya.
          Sebagai umat islam sikap keujuran adalah sikap yang harus dan mutlak kita miliki. Karena dengan tidak jujur bisa jadi banyak sekali kerugian-kerugian maupun kerusakan yang dapar ditimbulkan karenannya dan Allah sangat membenci mereka yang telah berbuat curang. Apapun profesi kita lakukanlah dengan senang hati dan ikhlas, karena dengan iklhlas. Karena dengan kita berbuat ikhlas dan tidak menyalahgunakan prosedur, maka dalam melakukan seiap hal, hati kita akan terasa ringan. Sebaliknya apabila kita melakukan setiap kegiatan dengan penuh maksud dan kepentingan pribadi dan golongan maka dalam setiap kegiatan apapun kita akan sulit untuk bisa tenang, karena kita akan selalu khawatir apabila, ada yang akan menghancurkan atau menghalangi kita. Kebimbangan demi kebimbangan akan selalu muncul apabila segala sesuatu tersebut tidak kita lakukan dengan dasar jujur dan ikhlas. Dan contoh lainnya adalah pada saat bulan Ramadahan, yang merupakan bulan untuk melatih sifat jujur, sabar dan toleransi sesama.



BS01636_.WMFPENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS 8 CINTA


Pendidikan karakter berbasis 8 CINTA meliputi :
1.    Cinta Allah dan Rasul
2.    Cinta Orang Tua dan Guru
3.    Cinta Sesama
4.    Cinta Keunggulan
5.    Cinta Diri Sendiri
6.    Cinta Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
7.    Cinta Lingkungan
8.    Cinta Bangsa dan Negara

Pendidikan karakter mengajarkan seseorang atau individu untuk memiliki pribadi yang dapat bertanggunga jawab. Tanggung jawab tersebut meliputi dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Serta dengan pendidikan karakter akan membuat individu mempunyai sifat saling kerjasama dalam hidup dalam lingkungan keluarga,sekolah maupun masyarakat.

1.    Cinta Allah dan Rasul
Ber-dzikir, bersyukur, dan beribadah kepada Allah merupakan tiga cirri-ciri atau indikator siswa mencintai Allah.
a.     Berdzikir berarti siswa selalu mengingat Allah di mana saja berada, di waktu berdiri, duduk, dan berbaring, dalam keadaan senang maupun susah. Hasil dari ber-dzikir kepada Allah, maka Allah akan selalu bersama siswa.
b.     Bersyukur adalah ungkapan kebahagiaan atas nikmat yang diberikan Allah. Sehingga walau sedikit pun nikmat yang diberikan harus selalu bersyukur karena siswa yakin bahwa pasti ada nikmat yang lebih banyak kelak akan diperoleh.
c.     Beribadah berarti siswa selalu menjalankan ibadah wajib maupun sunnah yang dilandasi oleh keyakinan bahwa Allah tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya beribadah kepada-ku (QS Al-Dzariyat: 56) dan niat yang tulus semata-mata untuk menuju Allah. Allah subhananu wa ta’ala berfirman Hai manusia sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menunju Tuhahmu, maka pasti kamu menemui-Nya” (QS Al-Insyiqaq: 6).

2.    Cinta Orang Tua dan Guru
Sebagai seorang siswa yang berkarakter maka selalu menghargai dan menghormati kedua orang tua serta selalu menyenangkan kedua orang tuanya. sebagaimana  harapan Nabi Ibrahim A.S. dalam doanya rabbana hablana min azwajina wadzurriyatina qurrota a’yun (Ya Allah, limpahkanlah kepada kami istri dan anak-anak yang menyenangkan hati)

3.    Cinta Sesama
Cinta sesama berarti siswa selalu menghargai orang lain, menghormati orang lain, serta tidak membeda-bedakan orang lain karena status sosial.Sebagaiman dalam sebuah hadist disebutkan bahwa ”tidak sempurna iman seseorang diantara kalian, sebeleum dia dapat mencintau saudaranya (seiman) sebagaimana dia cinta kepada dirinya sendiri (HR Bukhari Muslim).

4.    Cinta Keunggulan
Motivasi berprestasi, manajerial, berfikir refektif, perubahan tiada henti, dan penuh tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas merupakan cirri-ciri seseorang yang cinta akan keunggulan. Jadi sebagai seorang siswa yang mempunyai cinta keunggulan harus sungguh- sungguh dalam belajar sehingga dapat menjadi siswa yang berprestasi.

5.    Cinta Diri-Sendiri
Salah satu ciri cinta diri sendiri adalah menjaga kebersihan diri sendiri baik kebersihan badan, pakaian, jiwa, dan rohani. Sehingga menjadi siswa yang jujur, bermoral, dan beretika. Sebagaimana diketahui bahwa bersih itu adalah sebagian dari iman.

6.      Cinta Pengetahuan dan Teknologi
Siswa memiliki keinginan yang kuat untuk pengembangan diri dalam meraih cita-cita hidupnya, Keinginannya diupayakan melalui pengingkatan rasa keingintahuan dan semangat belajar yang tinggi serta aneka kiat belajar yang efektif, sehingga memiliki wawasan yang luas melalui belajar mandiri. Selain itu, menggunakan teknologi yang ada dalam jalan yang positif dengan cara memilah penggunaan teknologi yang baik demi untuk mendukung pengetahuan yang dimilikinya.

7.    Cinta Lingkungan
Siswa terbiasa memiliki motivasi serta kesadaran untuk selalu menjaga kebersihan, menjaga dan merawat lingkungan sekitar, menyadari bahwa kerusakan lingkungan alam akibat dari perbuatan manusia yang tidak bertanggung jawab serta tidak mencintai lingkungan, dan menjadikan sekolahnya menjadi hijau. Sebab dalam Al Qur’an telah disebutkan ”telah nampak kerusakan di darat dan laut disebabkan perbuatan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar (QS. Ar Rum: 41)

8.    Cinta Bangsa dan Negara
Seorang siswa yang Cinta bangsa dan Negaranya memiliki semangat nasionalisme, mencintai dan melestarikan budaya luhur bangsa, mencintai produk dalam negeri, bangga sebagai anak Indonesia, dan memiliki jiwa patriotisme.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar